Mengenali Kedewasaan Orang Lain
Mortimer R. Feinberg, Ph.D.1
Para ahli psikologi dan
psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan
berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang
yang menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui
secara pasti tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau
matang itu, bagaimana cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana
caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap
keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas
kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya apa
yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?
Kedewasaan tidak selalu
berkaitan dengan intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun
masih seperti kanak-kanak dalam hal penguasaan perasaannya, dalam
keinginannya untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang,
dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain,
dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian intelektual
seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi. Malah
bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas
cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior,
serta mempunya kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang
lebih baik.
Kedewasaan pun bukan berarti
kebahagiaan. Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan
dan kesusahan. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik
dipecahkan, bagaimana kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa
memandanng kesulitan-kesulitannya bukan sebagai malapetaka, tetapi
sebagai tantangan-tantangan.
Apa sih
kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu keadaan
maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan
preposisi “ke” melainkan “ke arah”. Ini berarti kita takkan pernah
sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu.
Pergerakan maju ini uniq bagi setiap individu. Dengan demikian
kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu
keadaan “menjadi” atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan,
suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa
dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat
salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap
semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus
persen. Mereka dapat menangani banyak proble secara lebih dewasa.
Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan
seseorang. Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di dalam
dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka, orang
yang dewasa/matang adalah:
1 Dia menerima dirinya sendiri
Eksekutif yang paling
efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap
kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara
obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang
mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat
menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari
frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai
sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa
mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha
untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin
orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Dr.
Abraham Maslow berkata, “Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik
sepanjang yang dapat diusahakannya. Dalam hal ini dia tidak merasa
mempunyai pesaing-pesaing.
2 Dia mengharagai orang lain
Eksekutif yang efektif pun
bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa
jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang
lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang
yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada
dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara
keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat
dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang
lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi
orang lain tersebut.
3 Dia menerima tanggung jawab
Orang yang tidak dewasa akan
menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib
buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa
malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan
situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan
bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua
kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang
harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik
pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda
ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai
kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.
4 Dia percaya pada diri sendiri
Seseorang yang matang
menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut
pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia
memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang
dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama
dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buadanya
itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa
justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi
perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat
bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh
suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.
5 Dia sabar
Seseorang yang dewasa
belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang
tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan
begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar
dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu
pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa
adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.
6 Dia mempunyai rasa humor
Orang yang dewasa
berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan
atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa
jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya
merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat
dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda
terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat
melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar