Mungkin anda sering mengalami keadaan atau kejadian yang menurut
anda sepertinya keadaan tersebut sudah pernah anda alami, bahkan terkadang
kejadian tersebut sama persis seperti yang ada dalam fikiran alam sadar anda
ketika itu. Jika ya, itu adalah Dejavu.
Jika di artikan ke dalam bahasa Indonesianya, Dejavu
adalah ‘pernah lihat’.
Sedangkan kata Dejavu itu sendiri diambil dari bahasa Perancis, dengan
artian mengalami suatu pengalaman yang dirasakan namun pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini mungkin seringkali membuat anda heran, apalagi
jika anda merasa kejadian yang sedang terjadi dalam kehidupan anda saat itu
adalah bagaikan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Dejavu vs mimpi. Mungkin ada hubungannya, namun saya
pribadi tidak setuju jika Dejavu adalah sebuah mimpi. Karena sebagaimana dalam
kepercayaan kita masing-masing, bahwa segala hal yang terjadi di hadapan
(nyata) adalah sebuah kehidupan yang sedang berjalan. Namun uniknya, ternyata
ada juga orang-orang yang mengangap Dejavu sebagai sebuah firasat. Percaya atau
tidak, bagi saya “This is not absolute”.
Saya seringkali mengalami Dejavu, namun terkadang saya membantah
bahwa hal tersebut bukanlah sebuah mimpi ataupun firasat. Tetapi Dejavu yang
berulang-ulang justru membuat saya menjadi tertarik untuk kembali
mengingat-ingat Dejavu, sehingga akhirnya, jika suatu saat terjadi hal yang
sama, akhirnya saya menganggap bahwa kejadian tersebut adalah kejadian yang
terjadi mirip seperti kejadian yang pernah saya lewati. Itu anggapan saya lho…
Berdasarkan penelitian, ternyata misteri Dejavu dialami oleh 70 persen manusia yang
ada di bumi. Maka dari itu, fenomena tentang hal ini merupakan suatu hal yang
wajar. Nggak ada hubungannya sama mimpi, reinkarnasi, firasat, kutukan, ataupun karma. Lalu, mengapa Dejavu bisa terjadi sehingga keadaan / kejadian tersebut
benar-benar seperti mimpi yang nyata??
Dejavu terjadi karena adanya gelombang, dimana gelombang
tersebut menciptakan tindakan yang dilakukan oleh manusia. Lalu gelombang
tersebut di terjemahkan ke dalam bentuk impuls listrik yang dikirim ke dalam
otak dan di baca. Namun dari hal itu, adakalanya dari otak kita memiliki
sensivitas tinggi hingga gelombang gelombang yang di baca berupa amplitudo dan
frekuensi tertentu, tergantung dari kualitas masing-masing manusia.
Tuh kalo penilaian secara ilmiahnya. Tambah bingung kan?!?
Apalagi saya
Jadi, jika anda seringkali mengalami Dejavu, itu adalah normal.
Karena (sekali lagi saya katakan) saya pun terkadang seringkali mengalami
Dejavu (meskipun frekuensi-nya tidak cukup sering), dan terkadang sering
bertanya-tanya tentang hal tersebut. Bahkan terkadang, saya beranggapan itu
adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, atau terkadang berfikir bahwa itu
adalah sebuah firasat. Tapi ternyata, setelah mencari-cari tentang Dejavu, itu
adalah hal yang normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar